KopiLuwak. Merupakan kopi yang berasal Indonesia menempati posisi ketiga dengan harga US$ 160/0,5 kg atau Rp 2,28 juta/0,5 kg. Kopi ini terbuat dari biji kopi yang dimakan luwak, lalu diambil dari sisa kotorannya. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa dan aroma yang khas setelah melewati pencernaan luwak selama 24 jam. Bijikopi yang telah mengering dibersihkan dari kulit ari dan jadilah biji beras kopi. Seperempat hasil biji beras kopi digunakan sebagai kontrol perlakuan. Proses selanjutnya yaitu menimbang kopi dan nanas. Masing-masing kopi ditimbang 250 gram. Sedangkan nanas 40 dan 80 %. Nanas yang telah diparut dicampurkan pada biji kopi dan ditambahkan Duakabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah, yakni Poso dan Sigi, merupakan penghasil komoditas kopi terbesar di daerah itu. " Umumnya kopi yang beredar di pasaran Kota Palu berasal dari petani Poso dan Sigi," ungkap Ir Fitriyani dari dinas pertanian propinsi Sulawesi Tengah. Menurut Fitri aroma dan cita rasa kopi sangat ditentukan oleh kadar RoastingCoffee merupakan memasak kopi, pada dasarnya roasting adalah proses mengeluarkan air dalam kopi, mengeringkan dan mengembangkan bijinya, mengurangi beratnya memberikan aroma pada kopi tersebut. Ketika kopi dimasak ada suatu reaksi kimia yang menyertai sehingga karakter biji kopi pun berubah. Lebih lama biji kopi itu dimasak, semakin C1 Teknologi Dan Sarana Pengolahan Kopi. Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya, butiran biji kopi yang demikian ini disebut kopi beras (coffca beans) atau market koffie. namun ketidakmenentuan perubahan harga ekspor, merupakan resiko bagi BeberapaTingkat Roasting Kop i. 1.) Cara Roasting Kopi Terenak Proses Light Roast (Coklat Muda) Untuk tahap pada tingkatan roasting ini cita rasanya asam, aroma sangrai kurang tercium, tahapan pertama biji kopi yang telah di sangrai beberapa menit akan sedikit mengembang. wtQz. PERUBAHAN FISIS DAN KIMIAWI BIJI KOPI SELAMA PENYANGRAIAN Sri Mulato [ PENDAHULUAN Seduhan kopi merupakan salah satu jenis minuman populer yang digemari oleh masyarakat luas. Seduhan kopi bisa dinikmati sensasi citarasa khasnya lewat indra peminumnya. Citarasa [flavor] adalah gabungan antara aroma dan rasa unik yang dimiliki oleh seduhan kopi. Citarasa terbentuk selama biji kopi mengalami pemanasan pada suhu cukup tinggi di dalam drum penyangraian [roaster]. Awalnya, energi panas akan dimanfaatkan untuk penguapan air dari dalam biji kopi disertai perubahan fisis biji, antara lain, warna, ukuran dan volumenya. Kemudian, diikuti oleh interaksi secara kimiawi antar senyawa-senyawa dalam biji kopi menjadi senyawa-senyawa baru penghasil citarasa khas kopi. Secara garis besar, reaksi kimiawi berlangsung secara berurutan, yaitu reaksi Maillard, karamelisasi dan pirolisis yang disertai dengan pembentukan dan pelepasan gas CO2 [Gambar 1]. Gambar 1. Perubahan fisik dan kimiawi biji kopi selama penyangraian. PERUBAHAN FISIK BIJI KOPI Perubahan fisik biji kopi selama penyangraian berlangsung secara simultan dan saling terkait. Hasilnya bisa diamati langsung secara visual [warna, ukuran biji], maupun lewat uji kuantitatif menggunakan alat ukur [densitas dan kehilangan berat]. Monitoring perubahan fisik biji kopi didiawali dari kondisi biji kopi sebelum disangrai. Sebagai ilustrasi, pada kajian ini digunakan jenis kopi Robusta, warna kuning muda-kecoklatan, kadar air awal 12,50 %, ukuran 7,5 mm dan kerapatan curah [bulk density] 615 kg per m3 [0,615 kg/liter]. Warna biji kopi Biji kopi dimasukkan ke dalam drum sangrai bersuhu 195 oC. Satu menit setelahnya, suhu drum akan turun secara drastis menjadi 100 – 105 oC dan kemudian meningkat sesuai dengan pasokan energi panasnya. Ketersediaan panas dalam drum akan diserap untuk menaikkan suhu biji dan diikuti dengan penguapan air dari dalam biji. Seiring dengan penyusutan air, biji kopi akan mengalami reaksi pencoklatan secara kimiawi. Secara laboratoris, perubahan warna biji kopi diukur tingkat kecerahannya dengan Lovibond meter. Nilai kecerahan [L] merupakan ukuran jumlah sinar pada panjang gelombang tertentu yang dipantulkan ulang oleh permukaan biji kopi. Makin tinggi nilai L, biji kopi memiliki warna makin skala produksi, perubahan warna biji kopi selama penyangraian dicocokkan dengan standar warna Agtron [Gambar 2]. Gambar 2. Tingkat kecerahan warna biji selama penyangraian. Seperti halnya nilai L, nilai Agtron yang tinggi menunjukkan warna biji sangrai masih cerah. Tingkat kecerahan biji kopi sebelum disangrai adalah 60 – 65 [tidak ada nilai Agtron untuk warna biji kopi]. Setelah mengalami penyangraian ringan [light], warna permukaan biji kopi sangrai berubah kecoklatan dengan nilai L turun menjadi 44 – 45 atau sepdan dengan nilai Agtron 60. Setelah mencapai ke tingkat medium, nilai L biji kopi sangrai turun menjadi 38 – 40 atau setara nilai Agtron 45. Pada tingkat penyangraian gelap, warna biji kopi sangrai makin mendekati hitam dengan nilai L 30 yang setara nilai Agtron 35. Dalam proses produksi kopi, perubahan warna biji kopi merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan titik akhir proses penyangraian. Berat biji kopi Biji kopi akan mengalami susut berat selama penyangraian akibat dari penguapan air. Penyangraian selama 14 menit akan menurunkan kadar air awal biji kopi yang semula 12,50 % menjadi 4 %. Pada kadar air biji kopi di bawah 4 %, beberapa jenis senyawa organik mulai bersintesa satu dengan lainnya dan membentuk senyawa kimia baru disertai penguapan gas karbondioksida [CO2]. Pelepasan kulit ari dari permukaan biji kopi juga memberikan kontribusi pada susut berat biji. Secara kumulatif, evaporasi air, pelepasan kulit ari dan reaksi kimia berkorelasi positip pada kehilangan berat biji kopi selama penyangraian. Makin gelap tingkat sangrai, kehilangan berat semakin banyak. Pada skala praktek, kehilangan berat biji selama penyangraian disebut sebagai rendemen dan dipakai sebagai tolok ukur keekonomian operasional mesin sangrai. Kisaran nilai rendemen pada 3 operasional tingkat sangrai adalah antara 80 sampai 87 % [Gambar 3]. Gambar 3. Penurunan kadar air dan berat biji kopi selama penyangraian. Densitas curah biji kopi Densitas curah biji kopi dinyatakan sebagai perbandingan antara berat dan volume biji. Pada awalnya, biji kopi mempunyai densitas curah 615 kg/m3dengan kadar air 12,50 %. Setelah biji kopi disangrai selama 7 menit, kadar air biji kopi turun menjadi 8 %. Secara bersamaan densitas curahnya juga berkurang menjadi 506 kg/m3. Pada 14 menit penyangraian, kerapatan curah biji kopi turun secara tajam menjadi 400 kg/m3 [Gambar 4]. Gambar 4. Penurunan densitas curah biji kopi selama penyangraian. Selain kehillangan berat, volume biji kopi selama penyangraian mengalami ekspansi akibat tekanan uap air dan gas CO2 dalam dinding sel biji. Pada tingkat sangrai gelap [dark], diameter biji kopi akan membesar kira-kira 30 – 40 % dari ukuran sebelum disangrai. Pada skala praktek, nilai ini dipakai sebagai petunjuk untuk menentukan kapasitas drum sangrai. PERUBAHAN KIMAWI BIJI KOPI Secara alami, biji kopi mengandung berbagai jenis senyawa kimia pembentuk citarasa, yaitu karbohidrat, senyawa nitrogen, lemak dan senyawa asam. Sebelum disangrai senyawa-senyawa tersebut tidak aktif dan tidak berinteraksi satu dengan yang lain. Setelah mengalami pemanasan dalam drum sangrai, senyawa-senyawa tersebut bersintesa membentuk senyawa baru, melalui beberapa tahapan reaksi kimiawi seperti disajikan pada Gambar 5 berikut, Gambar 5. Tahapan reaksi pembentukan citarasa khas kopi selama penyangraian. Reaksi Maillard Reaksi ini dianggap sebagai cikal-bakal pembentukan warna dan aroma biji kopi sangrai. Reaksi ini mulai berjalan secara intensif saat kadar air rendah dan suhu 140 – 170 °C. Ratusan jenis senyawa pembentuk aroma dan rasa khas kopi muncul dari reaksi Maillard yang terdiri dari 3 fase. Pada fase 1, terjadi pemecahan senyawa protein menjadi asam amino. Secara bersamaan, senyawa karbohidrat sederhana terpecah menjadi monosakarida glukosa dan fruktosa. Hasil reaksi asam amino dengan monosakarida adalah senyawa amadori [Gambar 6]. Gambar 6. Awal pembentukan citarasa lewat reaksi Maillard. Karena sifatnya yang tidak stabil, senyawa amadori mengalami dehidrasi dengan cepat membentuk senyawa karbonil dan reaksi degradasi mengikuti mekanisme reaksi Strecker. Reaksi ini berlangsung pada fase-II dan melibatkan sintesa antara senyawa alfa asam amino dengan senyawa dikarbonil. Produk reaksi Strecker adalah beberapa jenis senyawa volatil, antara lain pirazin dan senyawa non-volatil piridin. Pirazin berperan dalam pembentukan aroma karena mempunyai nilai ambang batas aroma paling rendah sehingga uap pirazin mudah dideteksi oleh indera penciuman [hidung]. Sedangkan piridin berperan sebagai senyawa penyumbang rasa pahit. Warna biji berubah menjadi kuning-kecoklatan. Fase-III merupakan tahap akhir dari rangkaian reaksi Maillard, yaitu pembentukan senyawa melanoidin. Senyawa ini adalah produk reaksi kondensasi dari beberapa senyawa produk reaksi Maillard fase-II dan memberikan kontribusi dalam pembentukan warna coklat-tua dan citarasa. Reaksi Karamelisasi Reaksi ini dimulai saat kadar asam amino pada biji kopi semakin rendah setelah dipakai untuk reaksi Maillard. Rentang suhu reaksi ini mulai dari 170 oC sampai 200 oC. Senyawa gula [sukrosa] akan mengalami dehidrasi dan bergabung [kondensasi] menjadi senyawa karamel [Gambar 7]. Gambar 7. Reaksi kimia karamelisasi. Jenis produk reaksi karamelisasi tergantung pada derajad dehidrasinya. Saat pemanasan suhu 170 oC, sukrosa akan mengalami kehilangan 4 molekul air [H2O] dan berubah menjadi senyawa karamelan. Senyawa ini menyebabkan warna biji kopi menjadi coklat dan berkontribusi pada sensasi rasa manis. Pada suhu lebih tinggi, sukrosa akan berubah menjadi senyawa karamelen akibat kehilangan 8 molekul airnya. Penambahan waktu pemanasan akan menghasilkan senyawa karamelin yang menyebabkan warna biji kopi sangrai berubah coklat-tua. Selain berperan pada pembentukan warna, senyawa furan adalah produk reaksi karamelisasi juga berperan pada pembentukan rasa [manis-karamel] dan kacang [nutty]. Pirolisis Saat suhu biji kopi sangrai melebihi 200 oC, reaksi karamelisasi berlanjut ke fase reaksi pirolisis [Gambar 8]. Gambar 8. Reaksi kimia pirolisis. Pirolisis adalah reaksi dekomposisi senyawa organik komplek dalam biji kopi, pada kondisi suhu tinggi dan minim oksigen, menjadi fraksi-fraksi senyawa karbon sederhana berbentuk gas dan padat. Gas hasil pirolisis tinggal dalam dinding sel biji kopi yang kuat dan bersifat impermiabel [sukar ditembus]. Dengan meningkatnya suhu dan waktu sangrai, tekanan gas hasil pirolisis membesar yang pada akhirnya mampu memecah dinding sel dan memunculkan suara retakan [cracks] yang makin intensif. Sebagian senyawa organik membentuk arang [atom karbon] berwarna makin gelap dan diselimuti senyawa minyak di permukaannya. Citarasa biji kopi sangrai menjadi lebih pahit [bitter] dan keasaman yang makin menurun. Keasaman Keasaman [acidity] merupakan atribut citarasa yang menunjukkan kualitas biji kopi. Keasaman adalah sensasi rasa asam yang memiliki kompleksitas yang seimbang dengan rasa lainnya dan memberikan sensasi menyenangkan di lidah. Sebaliknya, rasa masam [sourness] merupakan rasa asam yang berlebihan dan menyebabkan sensasi yang tidak nyaman di lidah. Beberapa jenis senyawa asam penyumbang rasa asam dalam biji kopi kopi diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu, asam alipatik, khlorogenat dan fenolat. Konsentrasi ketiga golongan asam tersebut akan berpengaruh pada nilai pH biji kopi sangrai [Gambar 9]. Gambar 9. Perubahan nilai pH biji kopi pada beberapa tingkat sangrai. Salah satu tolok ukur keasaman biji kopi adalah dengan mengukur nilai pHnya. Awalnya nilai pH biji kopi adalah 5,7. Setelah biji kopi disangrai sampai mencapai tingkat first crack [light], nilai pH biji kopi menurun drastis sampai 5,20. Hal ini disebabkan oleh peruraian senyawa sukrosa, glukosa dan fruktosa membentuk senyawa-senyawa asam golongan alifatik [asam sitrat, malat, laktat, pirufat dan asam asetat] secara maksimal. Makin tinggi suhu sangrai, laju pembentukan senyawa asam semakin cepat sehingga nilai pH biji kopi sangrai menjadi lebih rendah. Eksistensi senyawa-senyawa asam tersebut dalam biji kopi bertahan konstan sampai tingkat sagrai medium [48 detik setelah first crack]. Setelah mencapai tingkat sangrai gelap [second crack], nilai pHnya meningkat ke kisaran 5,30 akibat senyawa asam alifatik terdekomposisi menjadi gas CO2. Proses dekomposisi senyawa asam berlanjut pada tingkat sangrai 48 detik setelah second crack. Proses dekomposisi asam berlangsung lebih cepat pada suhu sangrai 210 oC dan berakibat pada kenaikan nilai pH biji sangrai lebih tinggi [5,40]. Golongan asam khlorogenat akan terurai pada suhu tinggi menjadi beberapa senyawa asam kuinat. Pada tingkat sangrai di atas gelap [very dark]. Senyawa asam kuinat terbentuk makin banyak dan akan berkontribusi pada sensasi rasa masam [sourness] pada seduhan kopinya. =====O===== 6 Contoh Perubahan Wujud Benda Berdasarkan Jenis dan Penjelasannya – Perubahan wujud benda merupakan salah satu peristiwa fisik yang menjadikan suatu benda mengalami perubahan wujud menjadi berbeda dari sebelumnya, baik dari segi ukuran, wujud, warna, maupun aromanya. Proses terjadinya perubahan bentuk ini dapat disebabkan oleh berbagai peristiwa. Salah satunya adalah suhu. Selain itu beberapa proses perubahan benda ini dapat pula disaksikan dengan mata telanjang. Mengenal Contoh Perubahan Wujud BendaDaftar IsiMengenal Contoh Perubahan Wujud BendaSifat-sifat BendaMacam-macam Perubahan Wujud BendaPenyebab Perubahan Wujud BendaContoh Perubahan Wujud Pada Benda Daftar Isi Mengenal Contoh Perubahan Wujud Benda Sifat-sifat Benda Macam-macam Perubahan Wujud Benda Penyebab Perubahan Wujud Benda Contoh Perubahan Wujud Pada Benda h4x0r3 Dalam beberapa kasus perubahan wujud ini menghasilkan wujud baru yang tidak bisa dikembalikan ke wujud awalnya. Sebelum membahas mengenai contoh-contoh perubahan wujud benda. Tidak ada salahnya apabila kamu mengetahui dulu sifat-sifat yang dimiliki suatu benda. Sifat-sifat Benda Di bawah ini akan dipaparkan beberapa sifat yang dimiliki suatu benda. 1. Benda Padat Sifat yang dimiliki benda padat antara lain adalah tidak mudah berubah wujud. Biasanya untuk membuat benda padat mengalami perubahan wujud dibutuhkan waktu yang lama dan butuh usaha yang lebih keras seperti membakarnya, memukulnya, atau memanaskannya, dll 2. Benda Cair Sifat yang dimiliki benda cari adalah tidak memiliki wujud yang tetap. Hal ini dikarekan wujud benda cair adalah menyesuaikan dengan wadah yang digunakan untuk menampungnya. Sifat lain yang dimiliki benda cair adalah mengalir atau memiliki kemampuan untuk berpindah dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah. Di samping itu benda cari juga memiliki kemampuan untuk meresap melalui pori-pori permukaan suatu benda seperti kain, kertas, tisu, spons, dan lain sebagainya. Kemudian benda cair juga mempunyai kemampuan untuk melakukan penekanan ke segala arah dan selalu memiliki permukaan yang datar. 3. Benda Gas Sifat yang dimiliki benda gas antara lain adalah mempunyai bentuk dan volume yang dapat menyesuaikan dengan bentuk atau kondisi wadah yang digunakan menampungnya. Hal inilah yang menyebabkan bentuk suatu gas akan sangat bergantung dengan bentuk dan keadaan wadahnya. Selain itu volume udara juga akan memiliki ketergantungan yang erat pada isi dan volume wadahnya. Sifat lain yang dimiliki benda yang berbentuk gas adalah memiliki berat dan mempunyai kemampuan untuk melakukan penekanan ke segala arah. Macam-macam Perubahan Wujud Benda Di bawah ini adalah jenis-jenis perubahan wujud pada Benda 1. Mencair Mencair merupakan perubahan wujud suatu benda padat menjadi benda cair. Supaya peristiwa ini dapat terjadi dibutuhkan sebuah energi panas atau kalor dalam jumlah yang cukup besar. Contoh Memanaskan es di atas kompor. Mengeluarkan es dari dalam freezer dan membiarkannya terkena suhu kamar. Menjemur es batu di bawah teriknya matahari. Meletakkan es krim di atas tungku pemanggangan. Meletakkan es batu di atas bara api. Gula yang dipanaskan akan berubah menjadi gulali. Besi yang dipanaskan secara terus menerus akan berubah menjadi cairan lagi. 2. Membeku Membeku merupakan perubahan wujud suatu benda dari cair menuju padat. Supaya proses ini dapat berjalan dengan lancar dibutuhkan cuaca atau suhu yang kelewat dingin. Contoh Memasukkan air ke dalam freezer dan membiarkannya selama sehari semalam dengan tujuan membuatnya menjadi es batu. Memasukkan adonan es krim ke dalam freezer dan membiarkannya selama beberapa jam dengan tujuan adonannya mengeras atau membeku. Terjadinya bun upas di daerah Dieng membuat beberapa tanaman membeku. Musim dingin di negara-negara dengan empat musim mampu membuat danau membeku. Dinginnya kutub utara dan kutub selatan mampu membuat gunung dan lautan membeku. Minyak goreng yang terdampak suhu dingin akan membeku. Lava yang semula berbentuk cairan apabila sudah membeku akan berubah menjadi batu. 3. Menguap Menguap merupakan perubahan wujud yang menyebabkan perubahan benda cair dapat berubah benda gas. Penguapan adalah perubahan wujud yang dalam prosesnya membutuhkan energi panas atau kalor. Contoh Air yang didihkan secara terus menerus akan habis karena paertikel-partikelnya mengalami penguapan. Bensin yang dibiarkan tanpa ditutup lama-lama akan habis karena menguap. Proses naiknya air laut ke langit karena bantuan panas matahari dalam prose terjadinya hujan merupakan contoh perubahan wujud penguapan. Proses pengeringan pakaian dengan cara dijemur. Proses pengasinan ikan laut dengan cara dijemur, Minyak wangi yang dibiarkan tanpa ditutup akan habis. Genangan air yang mengering karena terdampak panasnya matahari. 4. Mengembun Mengembun merupakan perubahan wujud yang dapat menyebabkan perubahan pada benda gas dapat berubah menjadi benda cair. Pengembunan menyebabkan gas di udara yang dingin atau suhu rendah menjadi butiran-butiran air. Contoh Munculnya bulir-bulir air pada gelas yang berisi air es. Terbentuknya embun pada pagi hari. Terbentuknya kabut pada daerah yang berada di dataran tinggi. Kacamata yang berkabut saat hendak menyantap hidangan panas. Kaca mobil yang tiba-tiba berkabut ketika menempuh perjalanan di bawah hujan yang deras. 5. Menyublim Menyublim merupakan perubahan wujud yang menyebabkan benda padat dapat berubah menjadi material gas. Penyubliman terjadi memerlukan kalor atau energi panas supaya sebuah benda padat mampu berubah menjadi molekul gas di udara. Contoh Kapur barus yang dibiarkan lama-lama akan habis dengan sendirinya. Proses pembekuan kering pada makanan para astronot. Pewangi ruangan yang dibiarkan di suhu ruangan lama-lama akan habis dengan sendirinya. Padatan arsenik yang dipanaskan akan berubah menjadi gas. Es yang dikeluarkan dari dalam kulkas akan mengeluarkan asap. Nah, asap inilah proses penyubliman pada es batu. Yodium padat yang dipanaskan akan berubah menjadi gas 6. Mengkristal Mengkristal merupakan perubahan wujud yang menyebabkan material gas menjadi material yang lebih padat dari sebelumnya. Proses terjadinua perubahan wujud ini terjadi karena disebabkan adanya pelepasan energi panas atau kalor pada suhu yang lebih rendah dari dari suatu benda. Contoh Jelaga hitam pada lubang knalpot kendaraan bermotor. Pembuatan es kering Penyebab Perubahan Wujud Benda Terjadinya perubahan wujud pada suatu benda bukanlah tanpa sebab, hal inilah yang membuat proses perubahan zat tersebut terjadi tanda-tanda yang dapat dilihat melalui mata telanjang maupun lewat alat bantu. Perubahan wujud dapat terjadi karena adanya perubahan fisika, kimia, dan biologi pada sifat-sifat zat benda tersebut. Contoh Perubahan Wujud Pada Benda Di bawah ini merupakan contoh perubahan wujud pada Benda. 1. Perubahan Fisika Perubahan fisika merupakan bentuk perubahan wujud pada zat suatu benda yang dapat disaksikan atau dilihat dengan menggunakan mata telanjang melalui tampilan fisiknya saja atau dari yang terlihat dari luarnya saja. Jadi perubahan wujudnya terjadi secara fisika dan tidak merubah komposisi kimianya dalam suatu zat benda . Perubahan ini sama sekali tidak mengubah materi atau menciptakan zat baru pada sebuah benda. Sifat khusus perubahan ini dapat disaksikan dan dilihat perubahannya dari luar atau fisiknya dan dapat kembali menjadi wujud semula seperti sebelum zat tersebut mengalami perubahan. Contoh beras yang ditumbuk menjadi tepung, bata merah yang dihaluskan menjadi bubuk bata merah, biji kopi yang ditumbuk menjadi tepung, dll 2. Perubahan Kimia Contoh perubahan wujud benda berupa perubahan kimia merupakan perubahan wujud pada suatu benda yang membuatnya mengalami perubahan ukuran, wujud, dan menghasilkan zat baru yang berbeda dengan bentuk asalnya. Perubahan wujud ini menghasilkan jenis dan sifat material zat yang baru dan berbeda dengan zat yang dimiliki semula. Contoh singkong yang berubah menjadi tape, kedelai yang berubah menjadi tempe, kedelai yang berubah menjadi tahu, kertas terbakar membuatnya berubah menjadi abu. 3. Perubahan Biologi Contoh perubahan wujud benda berupa perubahan biologi merupakan salah satu perubahan yang terjadi karena pengaruh aktivitas dari makhluk hidup lain atau mikroorganisme pengurai. Seperti halnya perubahan kimia, perubahan biologi juga membuat perubahan benda yang tidak dapat lagi kembali ke bentuk awalnya Contoh proses penguraian makhluk hidup yang telah mati, proses pembuatan kompos, dsb. Demikianlah contoh perubahan wujud benda berdasarkan jenis dan penjelasannya. Semoga artikel ini membuat pengetahuanmu menjadi jauh berkembang. Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu Kost Dekat UGM Jogja Kost Dekat UNPAD Jatinangor Kost Dekat UNDIP Semarang Kost Dekat UI Depok Kost Dekat UB Malang Kost Dekat Unnes Semarang Kost Dekat UMY Jogja Kost Dekat UNY Jogja Kost Dekat UNS Solo Kost Dekat ITB Bandung Kost Dekat UMS Solo Kost Dekat ITS Surabaya Kost Dekat Unesa Surabaya Kost Dekat UNAIR Surabaya Kost Dekat UIN Jakarta Characteristics Of Arabica Ground Coffee Coffea arabica L Fermented by Saccharomyces cerevisiae Coffee is one of the plantation commodities that have higher economic value among other plantation crops. Arabica coffee has superior quality and taste compared to others. Coffee has been widely processed into grounded coffee products. The quality of ground coffee is influenced by many factors; one of them is processing. In the processing of coffee fruit into coffee beans the process that is certain to occur is fermentation. Fermentation affects ground coffee quality products. This study focused on observing the quality of arabica ground coffee fermented by Saccharomyces cerevisiae. The quality parameters of the ground coffee observed include water content, coffee extract and caffeine content. Other qualities supporting parameters are pH of ground coffee and phytochemical test. In addition, the fermentation pH was also observed in the fermentation process, reducing sugar content and qualitative testing of ethanol. Saccharomyces cerevisiae concentration was varied 0% K0, 1% K1, 2% K2, 3% K3 and 4% K4 with duration of fermentation is for 24 hours. The quality of arabica ground coffee products is in accordance with SNI Ground Coffee 01-3542-2004 with the following values Water content 2,3-1,6% b/b. Coffee extract 30,7-30,3% b/b. Caffeine content 1,18-1,01% b/b. The pH of brewed ground coffee is 6,5-5,1. Alkaloids, saponins and tannins were detected in all different treatments of ground coffee samples. Flavonoids were only detected in the treatment of K0 ground coffee samples. The fermentation pH at the initial state was 5,61 and after fermentation was 4,91-3,89. Reducing sugar content at the initial state was 32,35% b/b and after fermentation 21,2-4,3% b/b. Ethanol was detected in all samples before and after fermentation. ABSTRAK Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya. Kopi Arabika memiliki karakteristik dan cita rasa superior dibanding yang lainnya. Kopi banyak diolah menjadi produk kopi bubuk. Karakteristik kopi bubuk dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah cara pengolahan. Pengolahan dari buah kopi menjadi biji kopi salah satu proses yang pasti dilalui, yaitu fermentasi. Penelitian ini difokuskan pada karakterisasi kopi bubuk Arabika hasil fermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Parameter yang diamati meliputi kadar air, sari kopi dan kadar kafein. Parameter penunjang lainnya, yaitu pH seduhan kopi bubuk dan uji fitokimia. Selain itu, selama proses fermentasi diamati pH fermentasi, kadar gula pereduksi dan uji kualitatif etanol. Konsentrasi S. cerevisiae divariasikan 0% K0, 1% K1, 2% K2, 3% K3 dan 4% K4 dengan waktu fermentasi selama 24 jam. Karakteristik kopi bubuk Arabika yang dihasilkan sesuai dengan SNI Kopi Bubuk Nomor 01-3542-2004 yaitu kadar air 2,33-1,6% b/b, sari kopi 30,7-30,3% b/b, kadar kafein 1,18-1,01% b/b dan pH seduhan kopi bubuk 6,5-5,1. Alkaloid, saponin dan tanin terdeteksi pada semua perlakuan sampel kopi bubuk. Flavonoid hanya terdeteksi pada perlakuan sampel kopi bubuk K0. pH fermentasi pada keadaan awal 5,61 dan setelah fermentasi 4,91-3,89. Kadar gula pereduksi pada keadaan awal 32,35% b/b dan setelah fermentasi 21,2-4,3% b/b. Etanol terdeteksi pada semua sampel sebelum dan setelah fermentasi.

biji kopi yang ditumbuk merupakan perubahan